Cerpen cinta ini di tulis buat nyaingin kisah terkenal Romeo & Juliet. Jadi di harapkan siap-siap tisu sebelum membaca
UCUP & MUMUN
Ucup dan mumun adalah sepasang kekasih muda yang sedang di mabuk asmara, mereka berdua sangat serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Mumun berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Ucup hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
Di dalam kehidupan mereka berdua, Ucup sangat mencintai Mumun, Waktu ke waktu, hari ke hari Ucup telah melipat 999 buah burung kertas untuk Mumun, dan Mumun pun selalu menggantungkan burung-burung kertas pemberian Ucup pada kamarnya. Di setiap burung kertas tersebut Ucup selalu menuliskan harapannya kepada Mumun. Banyak sekali harapan yang telah Ucup ungkapkan kepada Mumun melalui tulisan di burung-burung kertasnya..
“Aku sangat mencintaimu”
“Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”
“Semoga kita selalu dalam kehidupan bahagia”
“Semoga Tuhan selalu melindungimu”
“Kau adalah Rusukku”
“Hidupku tanpamu bagai panas tanpa hujan”
Dan lainnya, Hingga 999 harapan dalam burung-burung kertas. Semua Harapan-harapan itu adalah simbol atau tanda begitu cintanya Ucup pada mumun.
Selang waktu berlalu, Ucup menuliskan harapannya pada burung kertas yang ke 1000. Burung itu dilipat dengan kertas transparan berwarna pink. sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Ucup meraih kedua tangan Mumun, di tatapnya mata mumun dengan pancaran rasa sayang, lalu Ucup pun berkata kepada Mumun :
“Mumun, ini burung kertasku yang ke 1000. Dalam burung kertas ini aku menuliskan sebuah harapan dan kepastian. Aku berharap adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Mun, aku sangat mencintaimu, aku akan segera melamarmu, dan kita akan segera menikah. Semoga kita selalu mencintai sampai kita kakek nenek, sampai Tuhan memanggil kita berdua”.
Saat mendengar Ucup berkata demikian, menangislah Mumun. Kemudian, Sambil mata berkaca-kaca dan terharu akan ketulusan cinta Ucup. Mumun berkata kepada Ucup :
“Cup, aku senang sekali mendengar semua itu, Tapi…aku tidak bisa menerima lamaranmu, aku sudah memutuskan cintaku untuk lelaki lain, Jadi aku tak bisa menikah denganmu, Karena aku sadar hidup ini perlu uang dan kekayaan, Seperti kata orang tuaku”.
Sungguh di luar dugaan Ucup, bagai di sambar petir, Ucup seakan tak percaya apa yang telah Mumun ucapkan. Emosinya pun membangkit, Ucup sangat kecewa dan marah kepada Mumun, kata-katanya pun tak sehalus sebelumnya “Dasar Cewek matre, Ga punya perasaan, Kejam, bangsat, biadab, Lu yang rendahan, murahan”. Dan sebagainya. Akhirnya Ucup pun pergi meninggalkan Mumun, dengan perasaan Luka dan dendam. Mumun hanya bisa menangis seorang diri.
Hari ke hari Ucup tengegelam dalam kesendirian dan keputus-asaan, Sebelum akhirnya ia mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad pada dirinya, bahwa ia harus menjadi orang yang sukses. Sikap dan perkataan Mumun saat itu dijadikannya cambuk untuk maju.
Ucup melamar kerja menjadi sales marketing yang tanpa perlu Ijazah tinggi. Dalam Sebulan usaha Ucup menunjukkan hasilnya. Pencapaian target penjualannya luar biasa. Selang beberapa bulan, Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang sangat bonafit dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak ada seorangpun yang tak kenal Ucup, Master marketing dalam segala bidang Usaha baik lokal maupun dalam negeri.
Suatu hari Ucup pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh, kumuh dan tidak terawat. ia merasa wajah mereka tak asing di matanya, Ucup pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ternyata suami-istri itu adalah orang tua Mumun.
Pikiran Ucup mulai kembali ke masa lalunya yang kelam, ia mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu. tetapi bisik hati nuraninya melarangnya sangat kuat, karena ia pun teringat nasihat Orang tuanya untuk tetap bersikap baik sekalipun kepada orang-orang yang pernah membencimu, Ucup pun membatalkan niatnya. ia pun mengikuti kemana Orang tua mumun pergi dari kejauhan.
Ucup sangat terkejut ketika melihat kedua orang tua Mumun memasuki sebuah makam yang terlihat masih baru, makam itu dipenuhi dengan burung-burung kertas. Ia pun semakin terkejut setelah membaca tulisan di batu nisan kuburan itu adalah Nama Mumun. Ucup pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam itu, untuk menemui orang tua Mumun.
Sambil terkaget atas kedatangan Ucup yang tiba-tiba, Orang tua Mumun pun berkata kepada Ucup :
”Nak Ucup, sekarang kami jatuh miskin. Semua harta kami telah habis untuk biaya pengobatan Mumun yang terkena kanker rahim ganas. Mumun menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu, nak Ucup “.
Orang tua Mumun menyerahkan sepucuk surat yang telah lusuh dan kumal kepada Ucup.
Perlahan surat itu di buka ucup, dan membacanya :
“Cup, maafkan aku, aku terpaksa membohongimu, semenjak kita masih sering bersama, saling memberi dan menerima, sebenarnya aku telah mengidap penyakit Kanker rahim ganas yang tak mungkin di sembuhkan. Aku tak mungkin dapat mengatakannya saat itu, Karena jika itu kulakukan, aku akan membutmu jatuh pada kehidupan yang penuh keputus-asaan dan mungkin membawa hidupmu dalam kehancuran bersamaku. Aku sangat mengerti semua tentangmu Cup, karena itu, ini semua aku lakukan karena aku sangat mencintaimu Ucup “.
Setelah membaca surat itu, menangislah Ucup, ia sangat terpukul oleh kesalahannya, selama ini ia telah berprasangka buruk terhadap Mumun, Ucup mulai merasakan betapa dulu hati Mumun teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam, biadab, bangsat dan tak berperasaan. Ia pun merasakan, betapa kesepiannya Mumun seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Mumun mengharapkan kehadirannya di saat hari-hari Mumun penuh penderitaan itu, tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Mumun sebagai orang matrealistis yang tak punya perasaan. Mumun telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
TAMAT
Ayo nangis..nangis..semuanya nangis.,...
By : Ucup budug
0 Response to "Cerpen romantis – UCUP & MUMUN "
Posting Komentar